Kematian itu menakutkan bukan?
Entah siapapun, kematian itu terasa menakutkan, sekalipun kepada pada orang-orang yang menyatakan comite *tit *tit. bahwa itu terasa menyakutkan ketika kita membayangkan batas antara kamu masih bernyawa atau membujur kaku.
Dalam buku Bodoamat, Mark Manson ketika berada di Tanjung Harapan, teringat akan kematian temannya, saat itu kata terakhir yang ia ingat adalah "cari tahu sendiri kebenarannya, dan kau akan menemui disana", pada esok hari mayat temannya ditemukan di danau dekat penginapan.
Sama seperti kita, Mark kemudian menangis karena kehilangan temannya. Rasanyya semalam dia baru berbincang diatas tebing sambil menikmati pemandangan indah--- bersulang dan membicarakan kematian.
Marcus Aurelius pernah bilang "bahwa kau ini tercipta dari setetes mani, kemudian kau akan jadi abu". Memang benar, kamu ini bukan siapa-siapa atau bahkan orang yang kamu sayang besok jadi abu.
Kemudian Marcus bilang lagi "istri dan anak yang kau cium itu tak lebih dari sekumpulan tulang yang diselimuti daging". Marcus memang sedikit kejam dalam pemaknaan hidup dan mati. Walaupun Marcus berkata demikian, bukan berarti Marcus ini orang gila.
Buku meditasi yang ia tulis 2000 tahun silam, di bab pertama dia persembahkan untuk kakek yang mengasuhnya, untuk ibu yang melahirkannya, untuk guru yang telah mengajarinya, dan sebagainya. Marcus tahu betul untuk berterima kasih kepada orang-orang yang sudah jadi debu tersebut.
Banyak orang-orang yang secara tidak sadar menyepelekan kematian, padahal dia senantiasa menarik nyawamu keluar dari kerongkongan bahkan ketika kamu sedang gembira menerima kabar kenaikan jabatan atau kenaikan gaji---lengah sedikit, kau usai, lengah sedkit, kau dilupakan.
Jadi Intinya adalah kesadaran akan kematian itu sangat penting, tapi bukan untuk sebagai alaram yang berisik---tidak akan berhenti berdering kalau belum dibanting, cukup sebagai pengingat.
Segini saja, sekian terima kasih
Comments
Post a Comment